Kunker Dpr-ri Ke Denmark, Kompas & Detik Salah Sumber Berita

Kunker Dpr-ri Ke Denmark, Kompas & Detik Salah Sumber Berita [ www.BlogApaAja.com ]

Kunjungan Anggota DPR-RI ke Denmark, yang mendapat sorotan karena salah seorang WNI yang memberikan foto kepada Kompas ataupun Detik.com menjadi buah bibir masyarakat.

Anggota DPR-RI dari HANURA membantah bahwa keikut sertaan anggota dewan pada perahu wisata di Copenhagen, Denmark, adalah untuk pelesir.

"Itu kita nggak berwisata. Kita nunggu jeda waktu saja bukan main-main dan wisata. Kita kan mau ketemu Pak Duta Besar tapi belum pulang maka dengan itu kita anggota dewan kan representasi rakyat, ya kita lihat ternyata Denmark lebih enak dilalui dengan perahu itu (perahu wisata)," Kata Djamal Aziz.

"Ternyata yang seperti itu dari aspek sosial bisa dijadikan proyek wisata. Tapi kenapa di Indonesia nggak bisa, nah itu yang perlu dibenahi," tambahnya.

Kompas memberitakan bahwa terdapat 11 anggota dewan terpergok naik perahu wisata di Copenhagen, dan Detik memberitakan bahwa 11 anggota dewan berkunjung ke Denmark. Sebelas nama tersebut sebagai berikut:

1. Dimyati (PPP)
2. Ignatius Mulyono (PD)
3. Zulmiar Yanri (PD)
4. Ade Surapriatna (Golkar)
5. Irvansyah (PDIP)
6. Hoing Sanny (PDIP)
7. Bochori Yusuf (PKS)
8. Mardani Ali Sera (PKS)
9. Jamaluddin Jafar (PAN)
10. M Unais Ali Hisam (PAN)
11. Djamal Aziz (Hanura)

Namun dalam akun twitter @suara (salah satu akun twitter suaranews.com selain @suaranews), Mardani Ali Sera dari PKS (Partai Keadilan Sejahtera) membantah ikut serta dalam rombongan ke Denmark. "Saya tidak ke Denmark, saya di Turki. Bertemu dengan parlemen serta kementerian dan Bulan Sabit Merah Turki. Alhamdulillah banyak hal bisa kita pelajari dari kunjungan kerja ini."

Kompas dan Detik mendapatkan informasi salah dari Sekretariat Baleg DPR-RI. Ini tentu menjadi pelajaran berharga karena beberapa kali Kompas dan Detik salah mendapatkan informasi berita terkait kunjungan dewan, apalagi mengenai PKS. Mereka tidak langsung konfirmasi kepada anggota dewan yang bersangkutan tetapi hanya mengutip berita dari satu yang boleh jadi mempunyai kepentingan politik tersendiri.

"Saya tidak ke Denmark, tetapi yang betul ke Turki. Ada kesalahan di sekertariat Baleg DPR-RI," ucap Mardani Ali Sera untuk penjelasan kedua kalinya dalam akun twitter @MardaniPKS.

Menelaah berita dan mencoba untuk klarifikasi (tabayyun) merupakan sebuah ciri media Islam yang hanif (lurus), karena Islam telah jelas mengatur semua jenis informasi, jika tidak benar maka tidak boleh diberitakan.

Sumber / Source

Follow On Twitter
CLOSE | OPEN
 
Artikel Up2Det || Kerja Keras Ngeblog || Artikel CP || Nge-Update || Capek Blogging || Blogging OH Blogging || Situs OKE || Info Up2Det..