Jakarta, Sifat pencemas sering dianggap sebagai hal yang buruk. Namun, kecemasan sebenarnya juga memiliki efek yang positif. Kecenderungan untuk mudah khawatir telah berevolusi seiring dengan perkembangan kecerdasan manusia. Sifat khawatir ini diduga penting agar manusia dapat bertahan hidup.
Peneliti mengamati beberapa orang yang mengalami gangguan kecemasan umum dan membandingkannya dengan orang sehat tanpa gangguan kecemasan. Para peneliti menemukan bahwa kecerdasan dan sifat khawatir yang tinggi berkaitan dengan aktivitas otak yang diukur dengan penipisan nutrisi kolin pada materi putih otak.
"Hal ini menunjukkan bahwa kekhawatiran mungkin telah berevolusi seiring dengan perkembangan kecerdasan. Kekhawatiran yang berlebihan umumnya dipandang sebagai sifat negatif dan kecerdasan tinggi sebagai sifat yang positif. Rasa khawatir dapat menyebabkan spesies menghindari situasi berbahaya, terlepas dari seberapa jauh kemungkinannya," kata Dr Jeremy Coplan, profesor psikiatri di State University of New York Downstate Medical Center di New York City seperti dilansir Healthday, Kamis (19/4/2012).
Pada dasarnya, rasa khawatir dapat membuat orang mau mengambil risiko dan orang tersebut memiliki tingkat ketahanan hidup yang lebih tinggi. Seperti halnya kecerdasan, sifat khawatir dapat bermanfaat pada keberlangsungan hidup suatu spesies.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Neuroscience Evolusioner ini menunjukkan bahwa orang yang didiagnosis dengan gangguan kecemasan memiliki skor IQ yang tinggi. Selain itu, tingkat aktivitas di daerah otak yang membantu komunikasi antara bagian otak pada orang pencemas juga lebih tinggi. Daerah otak ini diperkirakan sangat berkontribusi bagi keberhasilan evolusi manusia.
"Kecemasan terkait dengan kecerdasan, suatu sifat yang sangat adaptif. Tingkat kecemasan yang tinggi memang dapat merugikan dan kekhawatiran pasien seringkali tidak rasional. Namun orang yang menanggapi sinyal bahaya cenderung lebih dapat bertahan hidup dan menurunkan sifat tersebut kepada keturunannya," kata Coplan.
Karena penelitian ini terhitung kecil, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini. Dalam penelitian tersebut, 26 pasien dengan gangguan kecemasan dan 18 orang sehat diminta menyelesaikan tes IQ. Setelah itu, para peserta diminta mengisi kuesioner untuk dapat dinilai tingkat kecemasannya.
Di antara peserta yang mengalami gangguan kecemasan, semakin tinggi tingkat kekhawatirannya, semakin besar nilai IQ-nya. Menariknya, pada pasien sehat justru sebaliknya. Orang yang memiliki skor IQ tinggi cenderung rendah tingkat kekhawatirannya, dan orang yang memiliki skor IQ rendah cenderung tinggi kekhawatirannya.
"Rasa khawatir yang terlalu sedikit bisa menimbulkan masalah bagi individu dan masyarakat. Beberapa orang ada yang tidak mampu melihat adanya bahaya, bahkan ketika bahaya sudah dekat. Jika orang-orang ini berada dalam posisi sebagai pemimpin, ia akan mengatakan kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir. Dalam beberapa situasi, orang yang tidak memiliki kekhawatiran dapat mengakibatkan konsekuensi sosial," kata Coplan.
Sumber / Source