Kucing tidak lagi sekedar menjadi hobi mati yang tidak menghasilkan. Dengan "investasi" awal sebesar Rp 6 juta, dalam setahun modal itu bisa beranak pinak menjadi puluhan juta rupiah. Bagaimana tidak, kucing persia pignose kelas non-pedigare sekali melahirkan bisa menghasilkan 4-7 anak. Perhitungannya, harga induk kucing persia Rp 5 juta, sedangkan biaya mengawinkannya Rp 1 juta.
"Dari sekedar komunitas penggemar kucing, sekarang telah berkembang ke breeder atau produksi. Asal kita sabar dan memahami bagaimana cara mengembangkannya, hasil tersebut sangat mungkin kita peroleh. Bisa jadi peranakan Ettawa yang sekarang menjadi tren di Purworejo akan tergeser oleh kucing," kata Radu Anggoro (38), ketua Purworejo Catlover Fanciers (PCF), akhir pekan lalu.
PCF, lanjut Anggoro, telah melakukan beberapa langkah untuk memulai breeder di Purworejo. Menurutnya, pertumbuhan anggota PCF yang makin meningkat seiring perkembangan waktu, diharapkan tidak lagi sekedar penggemar kucing, namun pembudidaya kucing. Untuk merangsang semangat anggotanya, satu per satu penggiat PCF diikutsertakan dalam pelatihan ICA Breeding. "Baru - baru ini kita mengirimkan dua anggota kita ke ICA Breeding yang diadakan di Yogyakarta. Diharapkan ilmu yang mereka peroleh bisa ditularkan kepada anggota lain," kata Anggoro.
Di sisi lain, ia tidak menampik masih adanya anggapan masyarakat bahwa kucing sebagai penyebab penyakit toksoplasma. Padahal anggapan ini tidak 100 persen benar. Kucing hanyalah satu penyebab, bukan satu - satunya penyebab utama. "Anggapan tersebut memacu kami mengenalkan bahwa kucing adalah hewan keluarga yang bisa dekat dengan siapapun," katanya. Setelah mendapatkan pengetahuan mengenai langkah - langkah antisipasi, banyak warga yang sebelumnya kasar terhadap kucing akhirnya berubah 180 derajat. "Jadi selama ini masyarakat masih terstigma dengan anggapan kucing biang penyakit," imbuhnya.
Saat ini anggota PCF tercatat 100 orang. Namun separuhnya masih sebatas nama, karena belum aktif mengikuti kegiatan yang diadakan komunitas. "Berorganisasi atas kesadaran pribadi saja. Kami tidak bisa memaksa anggota untuk selalu aktif mengikuti kegiatan yang diadakan PCF," lanjut Anggoro. Meski belum genap dua tahun berdiri, PCF telah mendapat pengakuan dari berbagai komunitas pecinta kucing di Pulau Jawa. Kiprah mereka dalam setiap event kucing mengundang rekan sesama komunitas untuk melihat kiprah komunitas asal Purworejo ini.
Sumber / Source
"Dari sekedar komunitas penggemar kucing, sekarang telah berkembang ke breeder atau produksi. Asal kita sabar dan memahami bagaimana cara mengembangkannya, hasil tersebut sangat mungkin kita peroleh. Bisa jadi peranakan Ettawa yang sekarang menjadi tren di Purworejo akan tergeser oleh kucing," kata Radu Anggoro (38), ketua Purworejo Catlover Fanciers (PCF), akhir pekan lalu.
PCF, lanjut Anggoro, telah melakukan beberapa langkah untuk memulai breeder di Purworejo. Menurutnya, pertumbuhan anggota PCF yang makin meningkat seiring perkembangan waktu, diharapkan tidak lagi sekedar penggemar kucing, namun pembudidaya kucing. Untuk merangsang semangat anggotanya, satu per satu penggiat PCF diikutsertakan dalam pelatihan ICA Breeding. "Baru - baru ini kita mengirimkan dua anggota kita ke ICA Breeding yang diadakan di Yogyakarta. Diharapkan ilmu yang mereka peroleh bisa ditularkan kepada anggota lain," kata Anggoro.
Di sisi lain, ia tidak menampik masih adanya anggapan masyarakat bahwa kucing sebagai penyebab penyakit toksoplasma. Padahal anggapan ini tidak 100 persen benar. Kucing hanyalah satu penyebab, bukan satu - satunya penyebab utama. "Anggapan tersebut memacu kami mengenalkan bahwa kucing adalah hewan keluarga yang bisa dekat dengan siapapun," katanya. Setelah mendapatkan pengetahuan mengenai langkah - langkah antisipasi, banyak warga yang sebelumnya kasar terhadap kucing akhirnya berubah 180 derajat. "Jadi selama ini masyarakat masih terstigma dengan anggapan kucing biang penyakit," imbuhnya.
Saat ini anggota PCF tercatat 100 orang. Namun separuhnya masih sebatas nama, karena belum aktif mengikuti kegiatan yang diadakan komunitas. "Berorganisasi atas kesadaran pribadi saja. Kami tidak bisa memaksa anggota untuk selalu aktif mengikuti kegiatan yang diadakan PCF," lanjut Anggoro. Meski belum genap dua tahun berdiri, PCF telah mendapat pengakuan dari berbagai komunitas pecinta kucing di Pulau Jawa. Kiprah mereka dalam setiap event kucing mengundang rekan sesama komunitas untuk melihat kiprah komunitas asal Purworejo ini.
Sumber / Source