- Musibah yang menimpa pesawat Sukhoi Superjet 100 di Puncak Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat memang memilukan sekaligus melahirkan suasana berkabung bagi bangsa.
Namun demikian, untuk menemukan penyebab utama kecelakaan tersebut diperlukan kesabaran bersama, khususnya para ahli penerbangan yang kini bekerja keras melakukan penyelidikan.
"Di samping itu, karena ini sudah menyangkut wilayah kerjasama antara Indonesia dan Rusia terkait aspek penyelidikannya, maka sebaiknya melibatkan mantan Presiden Prof DR Ing BJ Habibie sebagai satu-satunya pakar dalam bidang aeronautika (ilmu penerbangan) milik bangsa Indonesia yang diakui dunia internasional," ucap Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan dalam keterangan persnya, Senin (13/5/2012).
Kata Syahganda, keterlibatan tokoh sekaliber B J. Habibie akan mempermudah menganalisa analisis penyebab terjadinya kecelakaan, sehingga upaya pengungkapan tidak justru terfokus pada perdebatan teknis. Di antaranya mengenai faktor kesalahan petugas ataupun fasilitas sistem menara kontrol lalu lintas udara yakni ATC (Air Traffic Control) di Bandara Soekarno-Hatta, termasuk dugaan adanya kesalahan pilot (human error).
"Jelas, ini pekerjaan tidak mudah selain tidak bisa dilakukan tergesa-gesa, apalagi sudah mewadahi kepentingan dua pihak antara Indonesia dan Rusia. Dengan demikian, untuk dapat menyentuh permasalahan yang sebenarnya atas peristiwa naas itu, mau tak mau kita harus menyertakan BJ Habibie," tambahnya.
Keterlibatan BJ Habibie, lanjut Syahganda, juga akan menjadikan hasil penyelidikan bersifat profesional dan independen tanpa perlu terikat pada tarik-menarik kepentingan tertentu.
Syahganda mengatakan, tragedi Sukhoi Superjet 100 hendaknya memberi pelajaran berharga untuk menghidupkan kembali kebanggaan terhadap industri kedirgantaraan nasional, yang kini telah ditinggalkan.
Sumber / Source