- Tim Disaster Victim Identification (DVI) gabungan masih terus bekerja keras untuk mencocokkan data antemortem dan postmortem dari jasad yang tak utuh korban Sukhoi Superjet 100. Tim DVI menemui sejumlah tantangan. Apa saja?
"Kesulitannya, body parts banyak. Perlu ketelitian, kecermatan, sehingga dapat hasil maksimal," jelas Kepala RS Polri Sukanto Kramatjati, Brigjen Pol Agus Prayitno, dalam jumpa pers di kantornya, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (16/5/2012).
Agus juga menjelaskan, body parts itu terdapat dalam 25 kantong jenazah dari 30 kantong yang dievakuasi, sisanya adalah properti para korban.
Sementara Direktur Eksekutif DVI Indonesia Kombes Anton Castilani mengatakan ada banyak kekurangan data yang harus dipenuhi pihak keluarga sebagai data pembanding postmortem. Seperti data primer yang terdiri dari 3 jenis yaitu sidik jari, DNA dan susunan gigi geligi.
"Kita sudah mengidentifikasi finger print 34 sampel, namun data pembanding yang diberikan keluarga baru 20 sampel. Kita mengharapkan keluarga melengkapi contoh sidik jari dari ijazah asli atau SIM, yang lengkap terdiri dari 10 jari. Karena sampel yang ditemukan sebagian kelingking saja, jari manis saja, jari tengah saja, jadi sebagian besar tidak utuh. Ini kesulitan," jelas Anton.
Karena itu pihaknya nanti akan langsung menghubungi pihak keluarga masing-masing korban Sukhoi. Pemanggilan tidak akan disampaikan melalui media massa.
"Tim DVI akan menghubungi keluarga untuk pemberitahuan lanjut dan memberitahu kelanjutannya. Mengapa tidak kami announce lewat media? Mengingat ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman terhadap keluarga lain," jelas Anton.
Sumber / Source