Canberra bisa dibilang cukup sepi untuk ukuran ibukota sebuah negara. Kota buatan manusia ini memiliki tidak lebih dari 340.000 penduduk. Namun Canbera memiliki keindahan yang patut dilihat langsung dengan mata kepala Anda.
Kota ini dirancang sekitar tahun 1920-an. Saat itu Australia hendak menetapkan ibukotanya. Sydney dan Canberra saling berebut untuk menjadi ibukota negara kangguru tersebut. Hingga akhirnya pemerintah memilih Canberra sebagai ibukota Australia.
detikcom mendatangi Kota Canberra beberapa waktu lalu. Berangkat dari Jakarta menuju Sydney memakan waktu kurang lebih 6,5 jam. Dari Sydney, terbang lagi menuju Canberra dengan waktu 1,5 jam. Perbedaan waktu antara Jakarta dengan Canberra lebih cepat 3 jam.
Saat tiba di Canberra, cuaca begitu dingin. Ternyata Canberra sedang mengalami musim gugur menjelang musim dingin. Musim dingin terasa mulai Juni-Agustus. Daun-daun di pepohonan tampak berubah warna menjadi lebih pekat. Sebagian daun di pohon malah ada yang sudah rontok. Sebagian lainnya tampak berubah warna menjadi 3 yakni hijau, kuning, dan merah.
Untuk sekelas ibukota negara, Canberra termasuk kota yang sepi. Tidak begitu banyak masyarakat yang tampak lalu lalang di tengah kota itu. Tentu saja, karena masyarakatnya juga hanya 300 ribuan orang.
Lalu lintas kendaraan juga lancar. Tidak ada kemacetan sama sekali. Sepeda motor juga tak banyak. Hanya 1-2 motor yang melintas di pinggir kota. Tata kota terlihat sangat teratur.
Udara terasa sangat dingin pada pagi dan malam hari, bisa mencapai minus derajat. Pukul 07.00 waktu setempat masih sangat gelap bak pukul 05.00 di Jakarta. Geliat masyarakat baru mulai terasa sekitar pukul 09.00 hingga pukul 10.00. Baik kantor maupun toko-toko buka sekitar pukul 09.00-10.00 dan tutup pukul 17.00 waktu setempat.
Namun masyarakat pekerja di kota ini bisa memilih sendiri waktu kerjanya, tergantung dengan kantornya sendiri. Masyarakat bisa memilih waktu kerja dari pukul 07.00 hingga pukul 15.00, pukul 08.00 hingga pukul 16.00, atau pukul 09.00 hingga pukul 17.00. Aktivitas itu terjadi rutin dari Senin hingga Kamis.
Sementara Jumat sampai Minggu, warga setempat mulai aktif berkegiatan pada sekitar pukul 09.00 hingga pukul 19.00. Meski sepi, Canberra tentu masih punya klub-klub hiburan. Namun klub-klub hiburan tersebut juga terbatas hanya itu-itu saja.
Canberra sendiri memang tak punya tempat hiburan anak-anak. Warga Canberra menikmati liburan weekend mereka dengan berolahraga atau duduk rekreasi di pinggir Danau Barley Griffin. Gedung Parlemen House juga bisa dijadikan tempat wisata. Parlemen House di Canberra ini bebas dikunjungi masyarakat setempat. Di sini warga bisa foto-foto dan berkeliling di sekitar Parlemen House.
Semua anggota DPR, Menteri, bahkan Perdana Menteri berkantor di Parlement House. Tujuannya, agar koordinasi di antara pejabat tinggi dan pemimpin negara lebih cepat.
Ketika malam tiba, sinar lampu akan menerangi jalanan di sudut-sudut kota. Sinarnya cukup redup jika dibandingkan dengan terangnya ibukota Jakarta. Lampu jalanan hanya menyinari sekian meter jalanan kota.
Ciri khas dari kota Canberra yakni setiap di perempatan jalan, ada 6 buah lampu rambu lalu lintas terpasang. Tujuannya adalah agar setiap pengendara bisa dengan jelas melihat rambu lalu lintas sehingga diharapkan tidak ada pengendara yang menerobos lampu lalu lintas.
Kalau sudah sampai ke Canberra, harus singgah ke Mount Ainslie. Dari atas Mount Ainslie ini, kita bisa melihat seluruh kota Canberra. Mulai dari Parlemen House baru, Parlemen House lama yang kini dijadikan museum, World Memorial, City, dan Bandara Canberra.
Datang ke Mount Ainslie ini tidak dipungut biaya. Semua gratis. Bisa datang di pagi hari, siang, bahkan malam jika tidak merasa kedinginan. Suasana Mount Ainslie di malam hari tampak indah dengan pantulan lampu-lampu kota. Jadi, masih penasaran dengan Canberra? Silakan datangi langsung.
Chazizah Gusnita-detikNews
Sumber / Source