Sebanyak 15 juta bayi lahir secara prematur setiap tahunnya dan 1,1 juta di antaranya meninggal segera setelah lahir sehingga kelahiran prematur menjadi penyebab kematian utama kedua kematian pada anak di bawah usia 5 tahun.
Bayi prematur memiliki risiko cacat seumur hidup, termasuk infeksi serius, cerebral palsy, cedera otak, dan pernapasan, penglihatan, pendengaran, belajar dan masalah perkembangan.
Laporan Born Too Soon: The Global Action Report on Preterm Birth menyoroti kebutuhan adanya lebih banyak penelitian tentang penyebab kelahiran prematur dan bagaimana mencegahnya. Dalam laporan itu disebutkan, satu dari 10 bayi di dunia terlahir prematur dan tingkat kelahiran prematur juga meningkat di hampir semua negara.
Born Too Soon adalah upaya bersama dari hampir 50 organisasi, termasuk Global Alliance to Prevent Prematurity and Stillbirth (GAPPS). "Sebanyak 13,8 juta kelahiran prematur terjadi setiap tahun, kita hanya bisa mencegah 8 persennya," kata Craig Rubens, direktur eksekutif GAPPS.
"Laporan ini memperingatkan bahwa prematuritas adalah masalah kesehatan besar global yang mendesak sehingga menuntut penelitian lebih lanjut," tambahnya, menurut pernyataan GAPPS.
Permaalahan kelahiran prematur tenyata tidak hanya bagi negara-negara berpenghasilan rendah. Di AS dan Brasil, kelahiran prematurnya ternyata terbilang tinggi. Di AS saja, sekitar 12 persen atau 1 dari 9 kelahiran adalah prematur.
"Mengobati bayi prematur adalah seperti mencoba untuk menghentikan bola salju setelah 99 persennya menuruni gunung dan telah menjadi longsoran salju," kata Rubens. "Penekanannya harus pada strategi pencegahan, terutama di daya yang rendah," tangkasnya.
Sumber / Source